Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 5/10

Ini ada video kuliah Bart D. Ehrman si pengarang “Misquoting Yesus” di Stanford University’s Office for Religious Life.. April 25, 2007
Video ini ada di youtube.. berseri dari nomor 1 sampai dengan 10.. Bagus buat diskusi untuk menambah wawasan..

Scribes Who Altered Scripture and Readers Who May Never Know

Oh ya, agar browsingnya tidak lelet maka saya buatkan postingan terpisah untuk setiap potongan filmnya..

Seri #5/10

Help wanted!
Adakah rekan yang mau menuliskan isi pembicaraan di film tersebut? Bahasa Inggris & Bahasa Indonesia? Kalau ada, silahkan email ke yesusmanusia@gmail.com
Nanti akan saya tambahkan ke postingan ini..

Video terkait:

  1. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 1/10
  2. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 2/10
  3. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 3/10
  4. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 4/10
  5. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 5/10
  6. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 6/10
  7. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 7/10
  8. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 8/10
  9. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 9/10
  10. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 10/10

Postingan terkait:

  1. Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  2. (Sambungan ke-1) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  3. (Sambungan ke-2) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  4. (Sambungan ke-3) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  5. (Sambungan ke-4) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  6. (Sambungan ke-5) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  7. (Sambungan ke-6) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”

1 Comment »

  1. 1
    Bravado Says:

    Bro/Sis, sy hanya MENANGGAPI atas: TANGGAPAN ATAS MISQUOTING JESUS, oleh Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.(Dosen Apologetika Sekolah Teologi Reformed Injili Surabaya (STRIS), yang dimuat di: http://www.sarapanpagi.org/tanggapan-atas-misquoting-jesus-vt1135.html.
    Pertama, jika Dr. Bart D. Ehrman menuntut adanya Autografa Alkitab ASLI/PERTAMA, dengan alasan bahwa semua keyakinan atas kebenaran alkitab harus dimulai dari situ, adalah tidak salah. Logikanya, adalah bagaimana dia bisa percaya pada alkitab yang ada saat sekarang ini, yang diyakini sebagai karya TUHAN, yg ia ketahui telah mengalami BANYAK perubahan oleh manusia, baik disaat penggandaannya (copy) maupun disaat penerjemaahan/penyadurannya, dan baik disengaja maupun tidak.

    Jawaban dari Ev. Yakub Tri Handoko, atas hal tsb. di atas, adalah:
    “Tidak adanya autografa Alkitab seharusnya tidak boleh terlalu meresahkan kita. Pertama, semua buku kuno—baik yang dianggap
    kitab suci maupun buku sekuler—yang pernah ada di dunia ini sudah tidak memiliki autografa lagi. Kita hanya memiliki salinan-salinannya saja. Seandainya Alkitab diragukan hanya gara-gara tidak menyisakan autografa, maka sikap yang sama seharusnya diterapkan pada semua kitab yang lain.”

    Tanggapan atas jawaban Ev. Yakub Tri Handoko, adalah bahwa di sini kita tidak bisa “bermain-main” dengan analogi dan “pembenaran” sepertii itu, karena di sini adalah nilai-nilai kepercayaan, keimanan dan dogmatis, yg diyakini berasal dari TUHAN. Jika benar tidak ada lagi autografa yang asli dari kitab suci, bukan berarti melenyapkan pertanyaan kritis kita: “Jika demikian, berarti kitab suci tersebut telah terinfiltrasi, baik disengaja maupun tidak, oleh manusia, yg memiliki “hawa nafsu”, tingkat pengetahuan/pemahaman terbatas, latar belakang, sistem nilai/kenyakinan/kepercayaan, sentimen dan motif yang sesuai “selera”nya. Bagaimana bisa mempercayai, menyakini dan mengimani kebenaran yg ada di dalam suatu kitab suci, jika itu adalah “buatan” manusia, yg tidak luput dari kesalahan?”

    Selain itu, menurut Ev. Yakub Tri Handoko: “dibandingkan dengan buku-buku kuno lain yang juga tidak memiliki autografa, salinan-salinan Alkitab justru lebih bisa dipercaya. Para cendekiawan biasanya menerapkan uji kualitas yang disebut bibliographi-cal test. Berdasarkan kriteria ini, suatu buku kuno dianggap bisa dipercaya kalau memiliki salinan-salinan:

    1. Yang jarak waktu antara penyalinan dengan penulisan aslinya semakin dekat. Semakin dekat dengan waktu penulisan maka salinan tersebut mengalami proses penyalinan yang jumlahnya semakin sedikit, sehingga jumlah kesalahan yang ditimbulkan dari penyalinan tersebut juga relatif lebih sedikit.

    2. Yang jumlahnya banyak. Dengan memiliki jumlah salinan yang banyak maka kita memiliki banyak bahan/pertimbangan untuk menentukan mana yang lebih sesuai dengan autografa. Hasil penerapan bibliographical test terhadap Perjanjian Baru dan buku-buku kuno lainnya menunjukkan bahwa salinan Perjanjian Baru memiliki jarak waktu yang terpendek dengan waktu penulisannya. Salinan Perjanjian Baru juga memiliki jumlah yang paling banyak .

    Tanggapan: Di sini, sekali lagi, terjadi kerancuan cara berpikir. Poin (1) di atas, jelas dia mengakui adanya kesalahan, namun dianggap sedikit dan tidak penting. Bagaimana bisa kita yakin waktu penyalinan yg tidak terpaut jauh dengan waktu penulisan adalah jaminan kebenaran isi yg ASLI? Bagaimana kita yakin kita menyalin dari sumber ygn asli (apa kriterianya?). Dan, tentu saja, bagaimana kita yakin hasil salinanannya SAMA PERSIS dengan sumbernya (yang juga belum tentu ASLI)?
    Pada poin (2), apa jaminan bahwa salinan yg banyak berarti pasti BENAR isinya?

    Ketiga, Ev. Yakub Tri Handoko, menyatakan: “Sebagai contoh, seandainya 1Yohanes 5:7b-8a tidak ada dalam autografa (beberapa terjemahan kuno dan salinan Alkitab yang tertua tidak memiliki bagian ini), maka kita masih memiliki ayat-ayat lain yang sangat kuat untuk mendukung doktrin Tritunggal. Begitu pula dengan Yohanes 8:11. Seandainya teks ini tidak ada dalam autografa (salinan kuno tidak memiliki kisah ini; salinan yang lebih muda yang memiliki bagian ini
    meletakkannya di tempat yang berbeda-beda), maka hikmat dan
    kasih Kristus kepada orang berdosa masih bisa dilihat dengan
    jelas di bagian Perjanjian Baru yang lain.”
    Tanggapan: di sini muncul lagi, “memilih sesuai selera untuk membenarkan pendapat”, dan ada pula kontradiksi. Bagaimana kita yakin bahwa yang kita pilih dan yakini benar, adalah yang benar-benar “BENAR”? Apa karena ada (banyak) yg menuliskannya, meskipun banyak salinan yang lebih tua umurnya tidak mencantumkannya? Mengapa yg dipilih yang “Ini” dan bukannya yang “Itu” (anda menangkap “nuansa” manusiawi di sini?).

    Terakhir. Ev. Yakub Tri Handoko menyatakan: “Hal terakhir, soal keyakinan Ehrman bahwa para penulis Alkitab mungkin melakukan beberapa kesalahan sehingga ada kontradiksi dalam Alkitab. Tentang pendapat ini, kita harus dengan tegas menolaknya. Sayangnya, kita tidak memiliki banyak ruang untuk membahas hal ini secara detail. Kita juga harus menolak pandangan Ehrman yang menilai Alkitab hanya sebagai hasil karya manusia yang bisa salah. Allah memang menggerakkan para penulis Alkitab dan Ia meng-gunakan keunikan mereka masing-masing, namun Allah tetap menjaga mereka sehingga apa yang akhirnya ditulis adalah apa yang dinafaskan Allah (2 Timimotius 3:16) dan didorong oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:21). Sekali lagi, penolakan ini untuk sementara hanya bisa dinyatakan saja di sini tanpa
    disertai argumentasi-argumentasi yang men-dukungnya. Lain waktu
    kalau Tuhan berkehendak, kita akan membahas hal ini secara khusus.”

    Tanggapan: Soal kontradiksi dalam Alkitab, saya yakin, orang yg belum pernah sekalipun membacanya (apalagi mengimaninya), akan dengan mudah menemukannya!
    Lalu, apa jaminan bahwa para penulis/penyalinan Alkitab mendapat bimbingan, petunjuk, dan perlindungan dari Tuhan? Bagaimana dengan karya lainnya, Misalnya Bibel versi King James, kenapa direvisi/diganti? Apakah karena tidak memuat kebenaran Tuhan, apakah para penyusunnya tidak mendapat bimbingan dari Tuhan, ataukah karena tidak ada yang anda “inginkan” di situ?
    Siapapun bisa mengklaim bahwa saya mendapat bimbingan dari Tuhan. Ingat, siapa pun juga!

    Tanggapa penutup. Saya harap, kita berpikir kritis, sebagai wujud terima kasih kita kepada Tuhan, karena telah diberikan akal, sehingga mampu berkarya, kreatif dan mengetahui dan memahami Tuhan.


RSS Feed for this entry

Tinggalkan komentar