Naskah Laut Mati (The Dead Sea Scolls)

Teman dan sahabat,

Saya mendapatkan sebuah buku bagus yang berjudul “Naskah Laut Mati (1); Terjemahan Terbaik dan Komprehensif dari Gulungan-Gulungan Naskah Kuno Kontroversial. Memuat materi yang belum pernah dipublikasikan atau diterjemahkan”.

Buku itu berisi terjemahan Naskah Laut Mati oleh dan komentar dari Michael Wise, Martin Abegg Jr, dan Edward Cook.

Buku tersebut aslinya berbahasa inggris berjudul The Dead Sea Scrolls yang diterbitkan tahun 2005 oleh Harper San Fransisco, A Division of HarperCollinsPublisher.

Edisi Bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Serambi Ilmu Semesta 2008 dan diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh FX Dono Sunardi.

Berikut saya salin tulisan dari halaman 19 sampai dengan halaman 25 yang menjelaskan secara singkat isi dari salinan-salinan Gulungan Laut Mati.

Saran saya sih, beli saja bukunya.. bagus deh.. terutama yang tertarik dan memiliki rasa ingintahu tentang apa yang terjadi pada masa-masa sekitar kelahiran dan kehidupan Yesus.

Berikut kutipannya, perhatikan kalimat yang saya tebalkan hurufnya:

ISI

Seperti sudah disinggung sebelumnya, seluruh gulungan tersebut, dengan beberapa pengecualian kecil, merupakan teks religius orang Yahudi.
Dalam pengertian tertentu, fakta bahwa semua tulisan itu besifat religius sungguh mengejutkan. Mengapa tidak ada salinan karya-karya tentang pertanian atau peternakan — mengenai berbagai topik praktis ? Orang-orang Yahudi pada periode ini merupakan kaum petani. Tidakkah mereka ingin atau butuh membaca kitab-kitab sekuler atau duniawi semacam itu?
Bila kita mempertimbangkan isi gulungan-gulungan tersebut, dengan segera kita mulai bisa melihat adanya unsur intensionalitas atau “kesengajaan” di dalam fakta bahwa mereka dikumpulkan dan disembunyikan di dalam gua. Ini bukanlah suatu koleksi acak dari “apa yang terdapat disana” — bukan suatu temuan kebetulan dari rak buku ini dan itu.

Berbagai tulisan religius ini terbagi menjadi dua jenis: biblis dan bukan biblis. Teks-teks biblis merupakan salinan dari Alkitab Ibrani (istilah yang, secara religius, netral untuk menyebut himpunan Perjanjian Lama Kristen), dan menyusun sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan gulungan yang ada. Himpunan ini berisi satu salinan dari tiap-tiap kitab di dalam Alkitab orang Yahudi, kecuali, kitab Esther.

“Gulungan Laut Mati” merupakan kumpulan manuskrip Perjanjian Lama tertua yang pernah ditemukan — setidak-tidaknya seribu tahun lebih tua daripada berbagai teks Ibrani tradisional dari periode awal abad pertengahan yang dijadikan landasan bagi semua terjemahan Alkitab modern kita.
Dalam banyak hal, gulungan-gulungan tersebut mendukung atau sesuai dengan teks Alkitab yang tradisional, tetapi, dalam hal-hal lain, yang berbunyi di dalam berbagai ayat khususnya (“bacaan” mereka) sejalan dengan dengan versi-versi non tradisional seperti Septuaginta. (Septuaginta adalah terjemahan kuno Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani yang digunakan oleh orang-orang Yahudi di Mesir.) Kadang-kadang, gulungan tersebut mengandung bacaan yang sebelumnya tidak pernah kita ketahui keberadaannya.

Dalam kasus lain, gulungan-gulungan tersebut memuat berbagai perbedaan yang lebih mendalam daripada bacaan ayat-ayat individual.
Gulungan-gulungan tersebut mengandung berbagai “edisi” kitab biblis utuh yang berbeda dari teks tradisionalnya.
Sebagai misal, ada dua kitab Yeremia yang ditemukan di gua-gua Qumran, satu sesuai dengan yang biasanya dicetak dan diterjemahkan di dalam Alkitab modern, sementara yang lain sekitar 15 persen lebih singkat dam memiliki isi yang urutannya berbeda.
Beberapa versi kitab Mazmur mempunyai sifat serupa. Versi-versi ini sangat berbeda satu sama lain, secara khusus dari Mazmur 90 dan seterusnya. Mazmur 90-150 disusun dalam tata urutan yang berbeda, dan, selain itu, beberapa manuskrip menyertakan mazmur-mazmur tambahan yang sebelumnya tidak diketahui.
Isi dan bentuk kitab Mazmur terus-menerus berubah di dalam kurun waktu ketika gulungan-gulungan tersebut ditulis.
(Untuk membaca beberapa Mazmur tambahan semacam ini, yang diyakini telah ditulis oleh Daud, silahkan lihat Mazmur-mazmur Apokrip, teks 17, dan Mazmur-mazmur Apokrip Daud, teks 151.)

Dengan cara yang sama, penemuan gulungan-gulungan tersebut menunjukkan bahwa pada periode ini terdapat antologi  kutipan biblis, “Alkitab salinan”, serta sumber-sumber yang mungkin dipakai oleh para penulis kitab biblis yang hilang.
Dua yang disebut pertama didalam kategori ini jelas-jelas merupakan metode penafsiran Alkitab; di keduanya, materi ditambahkan ke dalam teks-teks biblis yang dikutip.
Penambahan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesan tertentu kepada bagian biblis yang ditafsirkan.
Apakah orang memahami tipe-tipe teks semacam ini lebih tidak otoritatif daripada Alkitab itu sendiri adalah persoalan yang wajar, mengingat kontur akhir Alkitab belum tetap.
Penyembahan Raja Nabonidus (teks 47) adalah sebuah contoh dari manuskrip gulungan yang mengandung sumber yang kiranya telah mengilhami seorang penulis Alkitab, dalam hal ini Daniel. Teks Penyembahan ini merupakan versi yang lebih primitif dari kisah mengenai raja Babilonia, Nebukadnezzar, yang familiar bagi pembaca Daniel bab 4 modern.

Singkatnya, gulungan-gulungan tersebut membuktikan bahwa orang-orang Yahudi pada masa Yesus telah mengetahui dan menggunakan lebih dari satu bentuk kitab biblis yang jumlahnya banyak, dan hal itu tampaknya tidak mengganggu mereka atau mendorong mereka untuk menyelesaikan berbagai perbedaan tersebut.
Lagi pula, pada waktu itu belum ada kanon Alkitab yang disepakati bersama. Kitab-kitab mana saja yang akan dimasukkan ke dalam himpunan Alkitab dan dalam bentuk atau edisi apa belum diputuskan.
Tidak diragukan lagi, orang-orang Yahudi dan berbagai kelompok mereka akan memilih kitab otoritatif yang berlainan. Banyak dari antara teks yang termasuk di dalam Gulungan Laut Mati, walaupun bukan merupakan bagian dari Alkitab dewasa ini, bisa dipastikan dipandang sebagai kitab suci yang otoritatif oleh setidak-tidaknya kelompok orang Yahudi pascapembuangan tertentu. Baru pada waktu kemudian, tepatnya setelah tahun 100 Masehi, suatu versi standar Alkitab muncul.

Teks-teks bukan biblis, secara sederhana, adalah berbagai salinan teks religius yang tidak ditemukan di dalam Alkitab.
Didasarkan pada ketidaktahuan kami, teks-teks ini lebih jauh dibagi kedalam dua kategori lagi. Beberapa teks bukan biblis telah diketahui keberadaannya sebelum penemuan Gulungan Laut Mati, sementara yang lain sama sekali tidak diketahui sampai gulungan-gulungan tersebut dibaca.

Teks-teks bukan biblis yang telah diketahui sebelumnya adalah berbagai karya religius seperti Yubileum, 1 Henokh, dan Kesaksian Dua Belas Bapa Bangsa.
Meskipun orang-orang Yahudi menulis teks-teks tersebut (atau bentuk-bentuk lebih awal darinya) dalam bagasa Aram dan Ibrani pada masa kuno, berbagai tulisan ini tidak bertahandi kalangan orang Yahudi.
Mereka justru bertahan diantara orang-orang Kristen saja, yang mengadaptasinya dan menerbitkannya ulang sebagai literatur penyempurna, bahkan kadang-kadang menganggap mereka sebagai bagian dari Teks Suci.
Baik kitab Yubileum maupun 1 Henokh bertahan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Ethiopia kuno, sebagai komponen atau bagian dari Perjanjian Lama yag diakui oleh Gereja Ethiopia.

Kitab Kesaksian hanya ada di dalam bahasa Yunani.
Contoh lain adalah kitab Tobit. Diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada masa kuno, kitab ini menjadi bagian di dalam kanon Perjanjian Lama Gereja Katolik Roma.
Namun, sampai penemuan Qumran, tidak diketahui bahasa aslinya. Salinan-salinannya, baik dalam bahasa Ibrani maupun Aram, telah berhasil ditemukan. Penemuan manuskrip ini sendiri sudah layak disebut sebagai Penemuan Terbesar Abad ini.

Jika kamu sudah sering baca postingan di blog ini, tentunya akan mengerti dengan maksud saya menebalkan beberapa kalimat di atas kan?

Tulisan tersebut, sekali lagi mendukung persepsi saya tentang Alkitab: Saya tidak bisa bilang bahwa saya tidak bisa percaya Alkitab 100%, tapi saya juga tidak bisa bilang bahwa saya bisa percaya Alkitab 100%.

Saya juga sependapat dengan Ehrman bahwa kalau memang Tuhan benar-benar ingin menjaga kesucian kitab sucinya maka Tuhan pasti akan mewujudkannya dalam bentuk/cara/mekanisme yang dapat membuat kita lebih bisa yakin tentang keakuratan Alkitab. Tanpa harus berlindung dibalik pemahaman keimanan bahwa semua penulis dan penyalin Alkitab sudah diilhami oleh Roh Kudus..

Baca juga postingan lain yang terkait:

  1. Daftar isi

Postingan saya

  1. Tambahan nas / ayat pada Injil Markus tentang penampakkan diri Yesus
  2. (Sambungan ke-1) Tambahan nas / ayat pada Injil Markus tentang penampakkan diri Yesus
  3. Memahami kemungkinan terjadinya distorsi pada isi Perjanjian Baru..
  4. Memahami silsilah penyusunan Alkitab dan “Kritik Naskah”

Postingan kutipan berasal dari Misquoting Jesus oleh Bart D. Ehrman

  1. Bart D. Ehrman: Pengubahan yang Dimotivasi Kepercayaan Teologis
  2. (Sambungan ke-1) Bart D. Ehrman: Pengubahan yang Dimotivasi Kepercayaan Teologis – Antiadopsionis
  3. (Sambungan ke-2) Bart D. Ehrman: Pengubahan yang Dimotivasi Kepercayaan Teologis – Antiadosetik
  4. (Sambungan ke-3) Bart D. Ehrman: Pengubahan yang Dimotivasi Kepercayaan Teologis – Antiseparasionis

Mengenal Bart D. Ehrman:

  1. Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  2. (Sambungan ke-1) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  3. (Sambungan ke-2) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  4. (Sambungan ke-3) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  5. (Sambungan ke-4) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  6. (Sambungan ke-5) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”
  7. (Sambungan ke-6) Siapakah Bart D. Ehrman yang menulis buku “Misquoting Yesus”

Video terkait:

  1. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 1/10
  2. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 2/10
  3. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 3/10
  4. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 4/10
  5. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 5/10
  6. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 6/10
  7. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 7/10
  8. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 8/10
  9. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 9/10
  10. Video Kuliah Bart D. Ehrman, pengarang “Misquoting Jesus”, di Stanford University, How Bible Tainted 10/10

9 Comments »

  1. 1
    ariesbob Says:

    Hmmm, aku juga sama dengan anda tentang kitab suci, seperti halnya qur an, aku tidak bisa bilang percaya 100% dan juga tidak bisa bilang tidak percaya 100%, sebab tidak satupun yang tau kebenaran nya secara mutlak,

    Makasih comment nya..

    Menurut saya, sangat menarik kalau kita bisa mengetahui proses lahirnya suatu kitab suci (apapun) sampai dengan akhirnya menjadi bentuknya yang seperti sekarang ini.

    Aku bisa bilang bahwa “aku tidak bisa bilang percaya 100% dan juga tidak bisa bilang tidak percaya 100%” bukan karena “tidak satupun yang tau kebenaran nya secara mutlak” seperti kata kamu, tetapi karena menelusuri sejarah proses pembentukan Alkitab..

    Apakah anda juga sudah mempelajari proses lahirnya kitab Qur an sehingga kita juga bisa bilang bahwa kita tidak bisa percaya 100% tapi juga kita gak bisa bilang percaya 100% ?. Kalau ya, boleh dong di share.. lewat blog misalnya atau boleh juga kalau ada info blog / website yang menceritakan proses lahirnya Qur an. Soalnya tema blog ini tidak membahas Qur an..

    jadi jelas kita ga usah pusing,mending kita nulis yang berguna bagi kehidupan dan akhirat kita.

    Wah kalau buat saya pribadi sih blog ini juga berguna buat saya menentukan arah kehidupan saya, terutama, di kehidupan setelah mati nanti..

  2. 2

    jujur…
    agak bosen juga kalo harus liat tulisan lewat komp. tapi isinya bgus juga..

    makasih udah dibilang bagus..

    ngmg2 mas yg punya blog ini, islam apa kristen ya? hehehe..

    silahkan simpulkan aja sendiri dari postingan yang ada..
    Saya males state apa agama saya, soalnya nanti diskusinya jd gak fokus ke topik. apalagi kalau ternyata agama KTP saya udah beda dengan pemahaman keagamaan saya 🙂

    request dunk, tolong tentang israel dikupas habis ya. kenapa koq suka bunuh orang islam? baik secara fisik maupun lewat tulisan…


    Waduh, mesti bikin blog tersendiri niy..

    Btw, ini agak OOT dikit, tp ya gak papa deh buat selingan.

    Ini semua pendapat pribadi yang belum tentu tepat yang didasarkan atas bacaan2 di internet hehehe…

    Menurut saya gak tepat kalau dibilang bahwa israel ‘suka bunuh orang islam’. Yang mereka lakukan, dari persepsi mereka, hanyalah sekedar kembali ke suatu daerah yang dijanjikan oleh Tuhan.
    Padahal daerah itu, pada saat itu, didiami oleh orang palestina.

    Mereka bisa menguasai/menjajah palestina itu pada saat akhir2 masa kejayaan Turki Ottoman yang pada saat itu sedang berperang melawan banyak negara (kalo gak salah Perang Dunia I) termasuk Inggris. Singkatnya Israel bisa merdeka seperti sekarang ini salah satunya karena pertolongan Inggris, termasuk penguasa saudi sekarang bisa menguasai saudi arabia ya juga karena pertolongan Inggris.

    Karena mereka merasa berhak atas tanah tersebut, lalu mereka melakukan pengusiran2 orang palestina dari tanah kelahiran mereka sendiri. Jadi dari persepsi kemanusiaan, Israel itu emang gila-gilaan. Dari perspektif kemanusiaan, cuma orang yang gak waras atau punya kepentingan aja yang nganggap wajar penjajahan Israel.

    Sebetulnya ada beberapa gerakan Yahudi beserta rabbi nya yang menolak berdirinya negara israel. Tapi gak banyak. Jadi jangan samain israel sebagai suatu negara dengan bangsa yahudi pada umumnya. Orang yahudi yg berpahaman bahwa mereka berhak atas tanah palestina itu orang yahudi zionis.

    Orang Palestina sendiri gak semuanya islam, sebagian diantaranya kristen. Contoh istrinya Yasser Arafat. Jadi issue palestina itu bukan issue agama.

    Cuma, mungkin, karena kebanyakan orang palestina itu orang Islam maka yang kelihatan sangat memperhatikan nasib dan kemerdekaan palestina itu ya negara-negara Islam.
    Atau, mungkin, karena orang palestina itu notabene orang Arab, maka negara2 arab yang kebanyakan islam itu yang lebih memperhatikan nasib orang palestina.

    Jadi gara2 itu lah maka yang kelihatan, sama saudara-saudara kita orang Islam, itu adalah Israel vs Islam.

    Kalo baca2 berita demo2 palestina di muka bumi ini, kelihatan lho, banyak orang yang nganggap soal gaza, palestina dan israel itu adalah issue kemanusiaan. Baca juga apa yang dinyatakan Paus.

    Mungkin, di blog khusus, bisa kita bahas rujukan alkitab yang digunakan israel untuk merasa berhak atas tanah palestina. Jangan2 ayat tersebut sebetulnya berlakunya hanya pada suatu masa di jaman dulu aja. Maksudnya, dulu mereka sudah pernah kembali ke palestina. jadi mungkin bisa ditafsirkan begini: SEBETULNYA JANJI TUHAN SUDAH DIGENAPI ALIAS TIDAK BERLAKU LAGI SEKARANG ALIAS TIDAK BISA LAGI DIJADIKAN DASAR UNTUK MENGUASAI TANAH YANG SEKARANG INI SUDAH DIDIAMI ORANG PALESTINA.

    Btw, kayaknya mayoritas saudara2 kita orang kristen males ngomong soal palestina. kenapa? mungkin mereka males aja karena di indonesia issue nya dibawa oleh saudara-saudara kita yang beragama islam menjadi issue agama 🙂 ada juga sebagian kecil yang merasa gak enak ngomong karena landasan yang dipakai kan dari kitab suci yahudi yang notabene sama dengan Perjanjian Lama. Padahal kalau menurut saya janji Tuhan itu sudah digenapi.

    TAMBAHAN 4 Februari 2009

    Lagipula, menurut logika saya, Tuhan pasti marah karena Yahudi Zionis dengan seenak-enaknya mengusir orang dari rumahnya dan bahkan membunuh orang-orang yang tidak bersalah dengan berlandaskan pada UcapanNya. Sepanjang yang saya bisa fahami dr beberapa Kitab Suci yg saya baca, paling hebat Tuhan nyuruh melakukan tindakan kekerasan karena ada sebab-sebab yang masuk akal misal karena diperangi duluan.

    O ya, satu lagi yang bikin sebagian pemuka2 agama Kristen gak enakan ke orang Yahudi adalah sejarah masa lalu dimana orang Yahudi, yang tinggal dieropa, sering mengalami tekanan, kekerasan, dan paksaan pindah agama pada masa-masa sebelum ada Protestan. Contoh kasus inkuisisi di Spanyol.

    Lalu, kalau secara politis, negara2 eropa pada umumnya juga merasa gak enakan karena kasus Hitler. Israel keliatannya memanfaatkan issue rasa bersalah tersebut sebagai kartu truf. Sementara itu, menurut versi sebagian kecil ahli termasuk Iran, jumlah orang yahudi yang menjadi korban keganasan Nazi itu terlalu dibesar-besarkan. (Ini tema yang menarik juga kalau mau dijadikan blog khusus. Cari tulisan2/buku2 nya agak susah 🙂 )

    Dari perspektif kemanusiaan, yang tentu saja universal, siapapun yang jadi korban ya harus kita bela. Orang yahudi kek, arab kek siapapun..
    Dan gak bisa dong kita berbuat kejam kepada orang lain (kasus Palestina) dengan alasan bahwa dulu pernah ada orang yang berbuat kejam kepada kita (kasus Hitler). Masuk akal kan?

    Makanya, saya bilang diatas bahwa hanya orang-orang yang gak waras atau punya berbagai kepentingan aja yang nganggap kasus Israel-Palestina itu bukan kasus kemanusiaan dan bukan kasus keadilan.

    Oke Bro, segitu aja yang saya tahu.. dan belum tentu bener.. silahkan di cek ulang..

  3. 3
    Samuel Hutagalung Says:

    Iya saya baru beli juga bukunya dan belum dibaca, masih asik baca The Secret Initiation of Jesus At Qumran.

    Saya baca 2 review “The Secret Initiation of Jesus At Qumran”, kayaknya menarik juga tuh. Kelihatannya Robert Feather termasuk kelompok orang yang meyakini bahwa orang yahudi yang tinggal disekitar Qumran itu kaum Esseni ya..

    Memang bukunya nampaknya bagus dan memuat sebagian dari dokumen yang belum diterjemahkan. Saya punya edisi dari tahun 70-an dalam bahasa Inggris, jelas naskahnya tidak selengkap yang ini, jadi tak sabar nunggu keluar jilid duanya.

    Wah salut, kayaknya udah banyak baca buku2 berat nih..

    BTW thanks juga atas info-info yang Bro berikan, menarik juga.

    Sama-sama Bro! Thanks juga infonya…

    Salam dari Kota Medan.
    Horas! Horas! Horas!

    Horas Bah!

  4. Menarik juga untuk di baca , bro !

    Mungkin bisa ditambahkan dengan membaca tulisan perihal ” keaslian Alkitab ” di blog saya .

    Thank,s !

    Bro, saya udah masukkin blognya ke blogroll. Coba cek disisi sebelah kiri agak bawah blog ini.

    GBU

  5. 5

    hallo…semuanya…..

    ini gue tambahin referensi masalah naskah laut mati. ada buku judulnya: “Misteri Naskah Laut Mati” karya M. Hashem terbitan Hikmah (kelompok Mizan) tahun2006.

    perlu dibaca juga nih buku….

  6. 6

    masih berkaitan juga….
    kayaknya ada hubungannya dengan naskah laut mati. buku tentang Injil Yudas kayaknya perlu dibaca juga ya…..ni buku2nya:

    1. “The Secret of Judas” karya James M. Robinson, terbitan Ufuk tahun 2006.
    2. “The Lost Gospel” karya Herbert Kroosney, terbitan Gramedia tahun 2006.
    3. “Injil Yudas” , terjemahan Injil Yudas, kayaknya terbitan Gramedia (ini saya cari2 udah jarang, dulu waktu aku mau belu belum ada duit hehe…..)

    tengkiyu….

  7. 7
    Samuel Hutagalung Says:

    Salam bertemu kembali Kawan,

    Salam juga Kawan!

    Tampaknya Robert Feather mengambil ide atau sependapat dengan Sigmund Freud dan Ahmed Osman yang mengatakan agama agama Monotheis (penekanan pada agama Kristen) berasal atau memiliki ide awal dari agama Mesir yang dimulai oleh Akhanaten.

    Wah saya belum pernah tahu nih soal yang satu ini.. menarik banget, pengen tahu rujukannya logis atau gak..

    Bagi teman-teman yang ingin tahu silakan juga tonton : “Riddles of the Bible: Dead Sea Scrolls” dari Discovery Channel, ada wawancara dengan Feather dan Michael Baigent di sana.

    Saya usahain.. Teman2?

    Untuk Ratman saya dulu sangat kecewa dengan buku Hashem yang Anda sebut itu, karena sedikitpun tak menyinggung tentang naskah-naskah laut mati. Saya kira antara judul buku dan isi tak nyambung sama sekali.

    Wah untung saya gak beli.. bukan apa2, belum pernah ketemu bukunya 🙂

    Dan coba baca juga buku “Yudas Bukan Pengkhianat” yang diterbitkan sekitar setahun sebelum ‘penemuan’ Injil Yudas itu. Pengarangnya seorang Muslim Syiah dari Indonesia, Sdr. Marhaban Mussadieq (musadiqmarhaban.wordpress.com ).

    Tar saya cari juga deh..

    Horas ! dari Medan

    Horas!

  8. 8
    roghuzshy Says:

    hmm…. hahaha.. bingung mau bilang apa lagi..

  9. 9
    freddy sutanto Says:

    Info menarik buat bung YM, seminar dari Sola Scriptura kembali diadakan Manggala Wanabakti Jakarta, mengenai Dead Sea Scrolls juga..Pembicaranya Dr. Craig Evans. Bole tuh anda dan penyimak blog ini saksikan, apakah memg kekristenan alternatif itu ada dan apakah Alkitab tak layak lagi dipercaya, dan Yesus Kristus bukan lagi Tuhan Pencipta langit dan bumi seperti kata bung YM selama ini..


RSS Feed for this entry

Tinggalkan komentar